Pages

Senin, 10 Januari 2011

Klaim

By : Bachril H. Bahjanoon

Wajib, itu hukumnya. Agar terkesan agak ilmiah, saya merasa perlu mendefinisikan kata " klaim " sesuai dengan kaidah yang dipaparkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jadi, menurut kamus yang menjadi rujukan bahasa kita itu, klaim adalah  : Tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang berhak (memiliki atau mempunyai) atas sesuatu.


Super duper jauh sebelum kata itu muncul dalam perbendaharaan kata yang menterjemahkan perilakunya di berbagai belahan dunia, kitab suci telah mencatatnya. 
Alkisah, ketika Nabi Adam diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna ciptaan Tuhan, Iblis ingkar dengan tidak mau mengakui kesempurnaan Adam. Iblis mengklaim bahwa dia lebih sempurna karena dia diciptakan dari api, sedangkan Adam diciptakan Tuhan dari tanah.
Sebuah klaim telah terjadi.

Dari apa yang kita dengar, saksikan dan alami, dalam keseharian hidup pasti kita mendengar kata klaim. Bahkan sebagian lainnya turut mengalaminya, baik sebagai korban atau bahkan pelaku. Jadi, tidak perlu saya sebutkancontohnya, anda pasti bisa merangkumnya sendiri dari berbagai permasalahan klaim mengklaim di sekitar anda. Dan permasalahan itu terjadi dari yang berimplikasi pada kasus hukum atau pada hal yang remeh-temeh seputar pengakuan atas eksistensi.


Nah, ngomong-ngomong tentang " klaim ", apa yang muncul di benak anda ketika mendengar kata itu ? Let me guess ! Sebagian besar pasti menjawab " Malaysia ". Betul kan ?
terlepas dari semua hiruk pikuk, pro kontra, faktor politis atau apapun yang melatar belakanginya, kita pasti sepakat bahwa jiran kita ini hobinya main klaim apa yang kita punya.


Mulai dari batas wilayah, pulau, seni budaya, sampai kuliner diobok-obok sedemikian rupa dan diklaim sebagai milik mereka. Wah.....!


Hehehe...saya sering tertawa sendiri jika mengkaitkan kata klaim dengan Malaysia. Apalagi jika dikaitkan dengan gelaran Piala AFF beberapa waktu yang lalu. Mumpung masih hangat euforia-nya, tak ada salahnya saya ceritakan.


Begini. Anda ingat bagaimana Tim Garuda, Timnas kita dihajar 3-0 pada laga away di Stadion Bukit Jalil - Kuala Lumpur ? Emosional sekali laga waktu itu. Tak perlulah kita memperpanjang persoalan yang terjadi ketika itu yang membuat kesebelasan Indonesia bertekuk lutut. Dengan jiwa sportif mungkin kita harus mengakui kekurangan yang harus kita perbaiki. Dan syukur, supportet kita mampu menunjukkan kepada dunia bahwa kita bisa lebih sportif di laga kandang yang kita menangkan dengan skor 2-1.


Lalu bagaimana hubungan pertandingan di Bukit Jalil dengan klaim ? Ada ! Dan ini membuat saya tergelitik. Sebuah media televisi seperti biasa membahasnya secara panjang lebar tentang kekalahan Tim Garuda. Saya sebut saja narasumbernya waktu itu : Arswendo Atmowiloto. Saya sebetulnya ingin meng-klaim kata-kata cerdasnya dan mengatakan bahwa kata-kata yang akan saya bagi ini adalah kata-kata saya. Tapi saya bukanlah tukang klaim.


Ok, waktu itu Mas Wendo mengingatkan tentang hoby Malaysia yang suka main klaim. Karena kebiasaan menjengkelkan ini, dalam pertandingan di Bukit Jalil Timnas Indonesia kalah karena mereka takut.


Apa yang timnas takutkan ? Tidak lain adalah ketakutan untuk membuat gol. Mereka khawatir jika gol yang diciptakan anak asuh Alfred Riedl ini nantinya dikalim oleh Harimau Malaya, ya tim Malaysia itu. Hahahaha...


Nah, sekarang. Sebagai praktisi radio, saya sering berhadapan dengan klaim. Banyak yang saya lihat. Bahwa radio A mengklaim pendengarnya lebih begini, bahwa radio B pendengarnya lebih begitu, belum lagi radio C mengklaim teknologinya begini, radio D iklannya lebih begitu.


Saya anggap saja tak ada yang dirugikan dalam hal seperti ini. Tapi bagi DB Radio, sedapat mungkin data yang disampaikan bukan sekedar klaim atau asumsi. Apa yang kami sampaikan sedapat mungkin merupakan data valid dan empiris, sehingga DB Radio tidak hanya menyajikan citra saja, tapi juga kinerja, profesionalitas, dan kreatifitas.


Banyak parameter yang bisa digunakan untuk mengukurnya, maka yang terpenting lagi adalah kualifikasi dari apa yang akan diukur.


Untuk DB Radio ? Anda bisa mengukurnya sendiri.

Kamis, 06 Januari 2011

Magic Box

By : Reza Ahmad

Ini bukan sembarang kotak ajaib. Dia ada semenjak tercipta hingga entah sampai kapan selama orang masih punya kuping sebagai indera pendengaran.

Dia ada sejak jaman engkong-nya engkong, jaman kumpeni dan marsose bercokol, jaman Bung Tomo membakar semangat pertempuran, jaman Koes Plus yang masuk bui  lantaran  musik ngak ngek ngok-nya, jaman kelompencapir hingga jaman Gayus Tambunan jalan-jalan di luar bui. Ya, setidaknya sampai saat ini.


Baiklah, sekarang kita bicara tentang RADIO, si kotak ajaib yang saya maksudkan tadi.

Ada ungkapan orang bijak yang mengatakan : “ Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. “ 

Masa yang berlalu hanya mengubah teknologi, bentuk, dan orang-orang di dalamnya. Adapun tentang fungsi ? Sami mawon, sama saja. Lalu di manakah ajaibnya ?

Nah, bicara soal ajaibnya kotak bernama radio itu, saya bisa membuat anda tersentak dan menyadari tentang sesuatu. Sabar.... Untuk menuju ke sana saya ingin mengajak anda merenungkan satu hal :

Hal apakah yang harus anda sishkan, sempatkan atau korbankan untuk mendengarkan radio ? Apakah anda perlu menyempatkan waktu tertentu untuk mendengarkan radio ? Apakah anda harus menyapkan ruangan tertentu untuk mencerna siaran radio ? Apakah anda harus meninggalkan aktifitas yang sedang anda jalani ?

Jawabannya : Tidak !

Anda tak perlu melakukan semua itu. Anda bisa melakukan aktifitas apapun untuk mendengarkan radio.  Biarkan radio yang menemani  anda.

Anda bisa menyimak siaran radio sambil makan, membaca, ngobrol, mengemudi, marah-marah, mandi, atau bahkan tidur dan mungkin –maaf—bercinta . Biarkan radio yang menyuapi anda akan hiburan.

Anda tak perlu memasuki ruangan tertentu untuk mencerna siaran radio. Bebas saja. Bisa di kamar, di ruang tamu, di jalan, di mobil, di kantor, di kafe, atau di mana saja. Biarkan radio yang menyajikan informasi untuk anda.

Radio tak menuntut anda untuk melebarkan mata untuk membaca atau melihat warna-warna visual. Radio tidak meminta anda duduk di satu tempat. Praktis, yang anda perlukan hanyalah telinga ! Itu saja.

Anda menyadari sesuatu ? Bukankah ini ajaib ?

Yang ini lebih ajaib. Anda pasti pernah menyaksikan sebuah video clip. Pasti. Apakah yang anda lihat ? Anda dituntun—atau dituntut—untuk mengikuti visual yang ditayangkan.

Sekarang bandingkan dengan ketika anda mendengarkan lagu lewat radio, dimana sang penyiar mengantarkan untuk menyimak lagu tersebut. Ya... hanya mengantarkan saja. Sebatas itu. Lalu, saat lagu itu diperdengarkan, imajinasi anda sendirilah yang bermain, menggambarkan adegan demi adegan, lengkap denag tekstur, warna dan aroma yang anda buat sendiri dalam benak anda.

Ajaib ! Betul kan ?

DB netters, setiap manusia memiliki kesan, suasana hati atau perasaan masing-masing setiap detik yang dijalaninya. Ajaibnya—lagi-lagi—ajaib, radio bisa menemani pendengarnya dalam suasana apapun ketika itu. Tak peduli apakah pendengarnya tengah menangis karena sedih, tersenyum dan tertawa karena bahagia, putus harapan atau optimis, semuanya dapat tersentuh.

Ah, ternyata radio dapat mempengaruhi emosi pendengarnya. Bisa menyemangati saat sedih, atau bahkan ikut berempati akan problema yang di alami pendengarnya. Dalam saat yang sama. Ya, dalam saat yang sama, secara personal, pribadi.

DB netters, bukankan seseorang akan merasa tersanjung atau merasa dihargai jika disapa secara pribadi ? Di situlah salah satu kekuatan radio. Meskipun ucapan penyiar didengarkan oleh ratusan bahkan ribuan orang, pendengarnya akan merasa tersentuh secara personal, intim.

Ini juga ajaib bukan ?

Maka penyiar yang benar akan menggunakan sapaan pendengarnya dalm bentuk orang ke-dua tunggal seperti : anda, kamu, elu, ente, ngana, maneh, you,kowe, sampeyan, yeiy dan sebagainya sesuai dengan karakter format radionya (biasa disebut call audience). Dan bukannya : Anda semua, you all atau lainnya yang berkonotasi jamak.

Karenanya, berapa kalikah dalam hidup anda merasa tersentuh karena cuap-cuap penyiar ? 

Anda pasti pernah dibuatnya menangis padahal di saat itu juga pendengar lainnya dibuat tertawa, atau sebaliknya. Hanya radio yang bisa begini.
 

DB netters, penemuan teknologi radio adalah suatu hal yang : brilliant.
Maka, profesionalitas dan keratifitas awak radio juga musti : excelent.
Dan pendengar yang memilih stasiun radio yang baik untuk didengar adalah : amazing.

Nah, dengan berbagai kejaiban itu, apakah radio siaran itu akan ditinggalkan ?

Saya rasa tidak. Karena saya yakin. Haqqul yaqin andapun salah satu dari pendengar radio. 

Dengan media lain ? Kita hanya berbagi waktu saja.

Sekali di udara tetap di udara !
Bravo DB Radio !

Happy New Year

By : Bachril H Bahjanoon ( Direktur / Penanggungjawab DB Radio )

Kata-kata sakti yang selalu menjadi penutup dari tahun yang telah kita jalani. Kenapa kata ini bisa menjadi sakti mandraguna, serupa dengan mantra suci yang pasti manjur ? Saya pikir ini adalah sebuah spirit. Ya, spirit karena adanya harapan baru yang akan kita gapai di tahun mendatang.

Lebih dari itu, perjalanan yang buruk, atau setidaknya kenangan pahit setahun silam sebisa mungkin kita pendam dalam-dalam. Dipet es-kan. Penting bagi kita untuk menutup lembaran akhir tahun dengan bersih, rapi dan tertata dengan baik. Biarlah semua menjadi kenangan. Tapi, bagi saya lebih penting lagi adalah : menata kembali langkah yang akan kita lalui setahun ke depan. Dengan doa kita berhak berharap, dengan harapan kita berhak menyimpan harapan, dengan energi baru kita berhak untuk berlari. Secepat mungkin jika bisa.

Seperti halnya DB Radio, kami menutup tahun ini tanpa hingar bingar celebration. Ini kami lakukan bukan tanpa alasan. Kami hanya ingin mengajak pendengar kami untuk berkontemplasi di tengah beban hidup manusia yang sebagian masih merasa terhimpit, di tengah bencana bangsa yang masih meradang. Kami mencoba untuk mencari makna dari apa yang telah lkami lakukan, untuk menggali imajinasi yang akan membuat kami berkarya lebih baik lagi.

DB Netters, saya ingat kata-kata yang disampaikan oleh penyiar DB Radio :

" Semua hal, jika telah berlalu dan menjadi kenangan, sepahit apapun pasti akan menciptakan senyum apabila diingat sekarang ini. Terlebih jika kita bisa menguak tabir yang menjelaskan akan sebuah makna atau hikmah di baliknya. "

Seperti halnya kata-kata itu sendiri, saat-saat tertentu saya masih bisa tersenyum mengingat akan peristiwa yang telah berlalu. Meski awalnya sulit, perlahan dengan kerendahan hati, makna itu terlihat, mengagetkan, seperti ciluk ba..... Padahal pada saat penyiar DB itu cuap-cuap, saya hanya berujar ringan : " sotoy lu...!!! 

DB Netters, jika ada pertanyaan yang belum terjawab, mungkin kita bisa mempercayakannya pada waktu. Percaya begitu saja ? Tentu saja tidak. Kita harus berangkat untuk menjemputnya. Ada jalanya kita terpaksa membuka lembaran-lembaran lama. Sekali-sekali tidak jadi soal kan? Karena kita butuh pemenuhan kebutuhan kita akan sebuah jawaban.

Nah, semoga saja tidak ada lagi pertanyaan yang belum lagi terjawab. Semoga yang kita genggam sekarang ini adalah harapan.

Selamat tahun Baru kawan.... Semoga semuanya akan baik-baik saja. Stidaknya, akan : Indah Pada Waktunya.
Selamat berkarya.